Creative Accounting

Creative accountingOleh: Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA

Creative accounting (“CA”) pada dasarnya berarti permainan angka-angka dalam laporan keuangan. CA dapat bersifat positif maupun negatif, namun kecendrungannya saat ini banyak orang mengganggap CA sebagai tindakan ilegal karena memang ditujukan untuk perbuatan melawan hukum. Tulisan ini mencoba menyampaikan kenyataan yang sebenarnya tentang CA: alasan melakukannya, jenis-jenis CA, tujuan melakukannya dan cara-cara yang sering digunakan.

Alasan melakukan CA

Setidaknya ada empat alasan mengapa para praktisi akuntansi melakukan CA, mereka adalah 1). Perlakuan akuntansi yang bervariasi, 2). Penerapan prinsip akuntansi yang agresif, 3). Manajemen laba, dan 4). Pelaporan keuangan yang menyimpang. Saya akan mencoba menjelaskannya satu persatu berikut ini.

Perlakuan akuntansi yang berfariasi bersumber dari fleksibilitas pelaporan keuangan karena standar akuntansi mengijinkan melakukan itu. Berdasarkan standar, perusahaan dapat memilih dan menerapkan beberapa model pengukuran secara fleksibel. Sebagai akibatnya, perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sama mungkin menyajikan laporan yang berbeda. Demikian juga dengan Transaksi-transaksi keuangan dan kondisi ekonomi yang ada tidak selalu sama sehingga bisa digunakan model pengukuran yang berbeda, bahkan untuk perusahaan sejenis sekalipun. Beberapa contoh fleksibilitas ini yaitu: penentuan biaya persediaan (FIFO & Average), pengakuan pendapatan (tunai, cicilan atau tingkat penyelesaian), model pengukuran aset (tersedianya dua metode pengukuran: metode biaya dan metode revaluasi dan tersedianya beragam macam metode penyusutan aset), uji penurunan nilai (standar memberikan pilihan untuk menilai penurunan nilai) dan estimasi provisi (tergantung pada pertimbangan manajemen).

Penerapan prinsip akuntansi yang agresif. Kadang-kadang perusahaan menerapkan PSAK secara agresif agar kinerja laporan keuangannya terlihat lebih menarik dan bagus, bukan menggunakan PSAK yang fleksibel untuk menyajikan laporan keuangan yang wajar. Beberapa prakteknya antara lain: Over-estimasi dalam biaya restrukturisasi perusahaan, memainkan tingkat persentase penyelesaian pekerjaan, dan menangguhkan biaya proyek dan menghapus utang usaha.

Untuk alasan manajemen laba, entitas berusaha menampilkan laba yang konsisten atau stabil di setiap periode palaporan. Manajemen laba bisa dilakukan dengan menunda atau mempercepat pendapatan atau beban tergantung pada kondisinya saat itu.

Perusahaan seringakali menyajikan laporan keuangan yang menyimpang yang disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu antara lain: tingginya target yang diberikan pemegang saham, kebijakan ketat yang diatur regulator, dll. Untuk alas an terakhir inilah banyak manajemen perusahaan alhirnya melakukan tindakan yang melanggar aturan hukum.

Jenis-jenis CA

Ada empat macam CA yang sering ditemukan saat ini, yaitu: Aggressive accounting, Earnings management, Income smoothing, dan Fraudulent financial reporting.

Aggressive accounting adalah pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi, terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

Earnings management merupakan manipulasi laba secara aktif untuk suatu target yang sudah ditentukan sebelumnya oleh, misalnya, manajemen, untuk suatu proyeksi yang sudah dibuat oleh analis, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan smoother, more sustainable earnings stream.

Income smoothing adalah Suatu bentuk earnings management yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang menurun. Penelitian S1 saya membahas secara khusus hal ini.

Fraudulent financial reporting adalah Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan melalui pendekatan administratif, perdata, atau kriminal. Tipe terakhir inilah yang paling cenderung dipergunakan untuk tujuan illegal.

Tujuan melakukan CA

Pelaku CA memiliki tujuan yang beragam untuk apa mereka melakukannya. Setiap entitas memiliki kondisi yang berbeda dengan entitas lainnya, kondisi-kondisi inilah yang dimanfaatkan sebisa mungkin untuk mencapai tujuan yang mereka harapkan. Namun setidaknya ada 4 tujuan yang sering dilakukan oleh para pelaku CA.

Share price effects. Investor akan mencari-cari dan bersedia membayar harga saham yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki corporate earning power yang baik, terus meningkat, dan sustainable. Earning power yang baik tersebut akan berimbas pada cash flow perusahaan yang semakin baik, baik cash flow saat ini maupun yang akan datang. Dari sisi perusahaan, harga saham yang semakin tinggi akan meningkatkan market valuation dan menurunkan cost of capital. Dari sisi manajer perusahaan, harga saham yang meningkat akan memperbaiki tingkat kemakmuran mereka.

Borrowing cost effects. Laba yang tinggi, aset perusahaan yang meningkat, kewajiban kecil, dan saldo ekuitas yang tinggi karena saldo laba yang meningkat dapat memberikan kesan kepada para kreditur bahwa kualitas kredit meningkat dan debt rating lebih tinggi. Pada akhirnya, penerapan creative accounting ini dapat menurunkan borrowing cost.

Bonus plan effects. Pemberian kompensasi atau insentif kepada pegawai atau karyawan kunci merupakan rencana yang umum terjadi di perusahaan. Kompensasi tersebut dapat berbentuk opsi kepemilikan saham atau bonus yang dikaitkan dengan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan naik, bonus karyawan akan meningkat. Hal demikian dapat mengakibatkan manajer perusahaan menerapkan creative accounting agar pendapatan meningkat dan bonusnya pun semakin besar.

Political cost effects. Adakalanya perusahaan-perusahaan besar termotivasi untuk menurunkan labanya agar dapat mempengaruhi regulator.

Cara-cara melakukan CA

Cara yang paling sering dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif. Untuk premature revenue, pengakuannya sudah sesuai dengan GAAP. Sementara itu, untuk fictitious revenue, penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan yang terjadi. Bentuk dari prematur revenue dapat berupa pengakuan penjualan dilakukan pada saat barang sudah dipesan, tapi belum dikirim (goods ordered, but not shipped) atau barang sudah dikirim, tapi belum dipesan (goods shipped, but not ordered). Sementara itu, contoh penjualan fiktif adalah backdated invoice, tanggal pengiriman yang diubah, atau sengaja salah mencatat penjualan.

Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies. Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif, perusahaan melaporkan beban atau rugi tahun berjalan sebagai aset. Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan laba naik. Selanjutnya, “aset” atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.

Misreported Assets & Liabilities. Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau kewajiban undervalued dengan tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan posisi keuangan lebih kuat. Dengan laba yang tinggi, otomatis saldo laba akan dan nilai ekuitas akan naik. Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan overvalued adalah piutang usaha, inventori, investasi (yang diklasifikasikan dalam trading, held to maturity, atau available for sale). Akun kewajiban yang dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense payable, utang usaha, utang pajak, dan contingent liability.

Getting Creative with the Income Statement. Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada cara mempercepat atau memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal ini laba diatur untuk beberapa periode pelaporan. Selain itu, penyajian laporan yang dapat berbentuk single step maupun multiple step memungkinkan perusahaan memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan catatan laporan keuangan. Misalnya, unsur pendapatan usaha dilaporkan sebagai pendapatan di luar usaha atau sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok penjualan direklasifikasikan ke dalam kelompok akun beban operasi atau sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu saja akan mempengaruhi angka sub total laba kotor atau laba operasi yang nota bene sering dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan

Problems with Cash-flow Reporting. Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi merupakan manifestasi operating income yang ada di laporan laba rugi. Arus kas bersih ini menjadi alat ukur utama tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sustainable cash flow. Untuk menghasilkan arus kas dari operasi yang baik, cara yang sering dilakukan adalah: Memasukkan unsur pembayaran pajak penghasilan (PPh), baik PPh Badan maupun PPh final; Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam aktivitas operasi, padahal dalam laba rugi discontinued operation tersebut dikeluarkan dari laba operasi; Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas investasi, padahal jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.

Nah, setelah mengetahui secara terperinci mengenai creative accounting, saya menyarankan para pembaca untuk menggunakan ilmu akuntansi yang dimilikinya demi tujuan yang mulia, yaitu menyajikan dan melaporkan laporan keuangan sebagaiman seharusnya. Gunakanlah fleksibilitas akuntansi yang tersedia di standar akuntansi untuk tujuan itu, toh kita juga dapat memaksimalkan tujuan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan yang sah, dan tentunya diijinkan oleh standard body.

About akuntansibisnis
Me

4 Responses to Creative Accounting

  1. jessica says:

    Selamat pagi pak..
    Saya mw bertanya apakah income smoothing itu legal/ilegal?
    Dan apa yg mendasarkan dy dikatakam legal/ilegal?(apakah tdpt d psak,dll)
    Mohon bantuannya pak..terima kasih

  2. Pingback: contoh kasus (creative accounting) | Tri Cahya Ayu Marta

Leave a comment